Tugas Tuhan
Hidup mengajarkanku banyak hal. Satu hal yang belum lama ini baru kuakui keabsahannya. Ini cerita tentang sebuah kebiasaan yang terus ada dalam diri manusia. Berharap.
sumber: Pinterest
berharap/ber·ha·rap/ v 1 berkeinginan supaya terjadi: ibu itu ~ agar anaknya dapat segera sembuh kembali; 2 meminta supaya: kami ~ Saudara dapat melunasi utang Saudara selambat-lambatnya akhir bulan ini
Harapan telah berhasil selama ratusan, bahkan jutaan tahun dijadikan alat bagi manusia untuk bertahan hidup. Tapi begitu pula sebaliknya. Harapan juga telah berhasil menjadi alasan banyak orang untuk mengakhiri hidup. Begitu kuatkah harapan sehingga membuat otak kita tunduk padanya?
Aku paham benar bahwa logika manusia takkan bisa disamakan dengan logika Tuhan. Bagaimana Ia bisa menciptakan sebuah hal yang begitu abstrak namun jadi kendali hidup seorang manusia? Sungguh luar biasa.
Oleh karena itu, aku makin menyadari bahwa harapan sebaiknya memang menjadi urusan-Nya dan bukan tugas manusia. Ia selalu menyuruh hambaNya untuk berdoa, bersujud dan memohon padaNya. Serahkanlah harapanmu, gantungkanlah ia di dalam doamu setiap hari. Ia akan menjawab harapan dalam doamu. Jika tidak saat ini, mungkin Ia akan menjawab lain waktu ketika kau sudah lebih siap. Atau mungkin bahkan penolakan yang akan kau dapat, karena apa yang kau minta bukanlah hal yang baik untukmu dan Ia akan menggantikannya dengan yang lebih baik.
Itu semua tugas Allah untuk menjawab harapanmu, bukan manusia. Hidup perlahan mangajarkanku, bahwa jika kau menggantungkan harapanmu pada manusia, hanya kecewa yang akan kau dapatkan. Ya, tentu saja. Manusia. Dan ya, aku manusia yang pasti pernah mengecewakan mereka yang pernah berharap padaku. Begitu juga sebaliknya.
Aku belajar. Belajar bahwa pengharapan hanya tepat ditujukan padaNya. Lakukanlah apa yang bisa kita lakukan sebagai manusia. Usaha dan pasrah. Kurasa dua frasa itu tepat menggambarkan sejauh mana kapabilitas manusia dalam memainkan harapan. Tawakal, sujud dan berpasrah padaNya, begitu sudah cukup.
Tidakkah kau lelah menanti manusia mengabulkan harapanmu?
.Nisa
Label: Nisa as Human
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda