Jalan Hidup
"Iyanih lagi beresin skripsi dan ngejar sidang sebelum lahiran hiks, doakan saja ya."
"Di saat dirimu berpacu dengan trahmu sebagai perempuan, aku malah berpacu dengan karir, sedih kadang. "
"Lho gapapa, kita kan memang beda konsentrasinya, namanya juga manusia fokus hidupnya beda-beda. Kadang aku juga sedih, pengen juga ngerasain berkarier hehe."
Yang barusan adalah kutipan pembicaraan santai saya dengan seorang sahabat sejak SD, Ajeng. Usia kami hanya beda beberapa jam saja, maklum hari lahirnya pun hanya beda beberapa jam hehe. Dari sekian banyak manusia yang saya kenal selama hidup, dia adalah salah satu orang yang sangat mengenal saya, yaa jelas sih soalnya dari SD-SMP selalu sekelas hehe. Ajeng dan keluarganya sudah saya anggap sebagai keluarga kandung saya. Om Sardjono dan Tante Dwi yaa terasa seperti orangtua saja, begitu juga Anggi yang kalau berbincang sudah saya anggap adik sendiri.
Dari pembicaraan di atas terlihat jelas ya saya yang mana dan dia yang mana haha tentu saja saya orang yang mengeluhkan skripsi dan menanti kelahiran, sedang Ajeng adalah yang sedang mengejar kariernya. Ajeng ini anak pintar dari dulu, selalu ranking dan bahkan rajin ikut lomba olimpiade biologi, masuk SMAnya saja dapat beasiswa, pinter banget kan. Eh gataunya pas kuliah dia malah masuk jurusan yang saya ga pernah pikir bakal jadi konsentrasinya. Saya pikir, dia akan jadi scientist di bidang biologi, jadi bakal kerja di LIPI atau lembaga semacamnya. Dan ketika kuliah, Ajeng masuk jurusan kompturisasi akuntansi (eh bener kan ya nge?) yaa pokoknya jadi lebih ke IT Akuntansi gitu. Dia menyelesaikan kuliahnya jauh lebih cepat dibandingkan dengan saya. Setelah lulus lalu dia mulai bekerja, mulai nampak mandiri secara finansial, hingga sudah bisa berkurban sendiri di saat Idul Adha, benar-benar potret wanita mandiri yang membanggakan. Beberapa lama berpikir untuk melanjutkan studinya, akhirnya Ajeng memutuskan untuk melanjutkan studinya di Fakultas Ekonomi UI, dan yaa sekarang dia jadi mahasiswa lagi tentunya sambil kerja, hebattttt ya udah mau double degree ajaaaa. Sementara di sisi lain, sahabatnya si Aul ini....
Di penghujung kelulusan studinya di Telkom, si Aul ini justru banting stir dengan ikut lagi bimbingan belajar masuk UI bersama anak-anak SMA lainnya, ya alhamdulillahnya harapan pindah haluan dari Sastra Jerman ke Psikologi dikabulkan Allah. Menjelang kelulusan Ajeng, si Aul lagi sibuk nyiapin printilan ospek haha, lucu banget ya. Ketika Ajeng sudah lulus, bekerja dan bahkan melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi, si Aul dilamar orang saat menjalani semester 7. Dengan perkenalan dan persiapan yang cukup singkat Aul menikah di saat liburan semester 8, kemudian menimbulkan konsekuensi mengerjakan skripsi dengan status sebagai istri. Yang tak lama kemudian statusnya meningkat, mengerjakan skripsi dalam semester tambahan dengan status sebagai ibu hamil.
Kontras ya perbedaannya. Ajeng dengan upaya aktualisasi diri bersama pencapaian kariernya dan Aul dengan cerita kehamilan bersama perjuagan skripsi yang terasa tiada akhir haha. Ya ndak apa lah, Nge. Memang konsentrasi dan jalan hidup kita memang berbeda. In syaa Allah ada hikmah dari setiap tinta yang kita torehkan di tiap langkah. Ya, tentu saja bicara begini memang mudah, tapi ya ndak ada salahnya menjalani ketetapan yang sudah ada ini. Jujur aja, tiap hari masih selalu mencoba mencari hal positif agar bisa menjalani hidup penuh syukur, karena wajar jika manusia selalu melihat ke halaman tetangga dengan segala hiasannya. Jadi yaaaaa, lewat manapun jalan yang kita lalui, semoga berujung pada tujuan tepat nan indah yang hakiki, yaitu surganya Allah hehe.
Apapun itu, keep smile, keep positive thinking, Ukh. Akan selalu ada hikmah dari setiap langkah. Syukuri dan jalani dengan ikhlas. Bismillah :)
Note: this post is dedicated to my one and only who teach me a lot about life, Ajeng.
Label: Nisa as Human
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda