Membangun Peradaban dari Rumah #NHW3 #MIIPBATCH4
Assalamualaikum!
Pekerjaan rumah minggu ini sungguh membuat hati berdebar-debar hehe. Dan, berikut adalah poin-poin tugasnya.
a. Jatuh cintalah kembali kepada suami anda, buatlah surat cinta yang
menjadikan anda memiliki "alasan kuat" bahwa dia layak menjadi ayah
bagi anak-anak anda. Berikan kepadanya dan lihatlah respon dari suami.
Hmm. Jatuh cinta kembali dengan suami? Setiap bangun tidur, saya selalu merasa jatuh cinta dengannya, hehehe. Untuk ungkapan rasa sayang saya terhadap beliau, cukup kami saja ya yang tau. Berikut saya sertakan buah karya saya untuk suami. Yahh biasa aja sih, yang penting dari hati yaa :p
Dan untuk responnya, hmm karena suami termasuk orang yang humoris, jadi dia senyum senyum gitu deh bacanya hehehe.
b.Lihatlah anak-anak anda, tuliskan potensi kekuatan diri mereka masing-masing.
Saat ini, anak saya berusia 7, hampir 8 bulan. Menurut saya, Dza termasuk dalam klasifikasi easy child. Tak jarang ketika dibawa bepergian, kami mendengar komentar "Wah anaknya anteng ya, jarang rewel meskipun suasananya ramai begini". Dza memang jarang rewel, ya wajar pada saat-saat tertentu saja ya. Alhamdulillah wa syukurillah, sejak dalam kandungan saya merasa kalau Dza sangatlah pengertian. Dibawa sambil ngambil data, ngolah data skripsi sampai sidang pun, dia sangat pengertian. Kurasa ini akan jadi salah satu potensi dirinya, tenang. Mungkin kelak dia akan menjadi anak yang dapat berpikir dan bertindak secara tenang dan tidak gegabah. Semoga jadi anak sholeh, menjadi khalifah yang selalu mengingat Allah dan dimudahkan dalam menghafal al quran ya, nak.
c.
Lihatlah diri anda, silakan cari kekuatan potensi diri anda. kemudian
tengok kembali anak dan suami, silakan baca kehendak Allah, mengapa anda
dihadirkan di tengah-tengah keluarga seperti ini dengan bekal kekuatan
potensi yg anda miliki.
Hmm, perihal menggali potensi saya seringkali merasa kesulitan. Potensi saya seakan-akan mengumpat dari permukaan. Hal ini saya rasakan karena saya merasa diri saya ini hanyalah orang yang, yah biasa-biasa saja. Tapi setelah saya coba melihat lagi, sepertinya saya memiliki beberapa potensi. Saya sering merasa menjadi seorang penasehat, baik dari kalangan teman-teman maupun keluarga. Entah mengapa, banyak dari mereka mengatakan bahwa saya cukup bijak dalam menanggapi permasalahan. Dalam menghadapi sebuah situasi, saya mencoba untuk tidak gegabah dalam menanggapi. Saya rasa, di dalam keluarga kecil kami ini, potensi yang saya miliki memiliki makna tersendiri. Dalam hubungan antara saya dan pasangan, alhamdulillah terbilang jarang ada konflik besar terjadi. Kami berdua justru kadang menjadikan konflik-konflik dalam hubungan kami sebagai bahan bercanda. Meski dalam beberapa situasi, memang pasti ada kalanya memanas, namun saya akan bijak menanggapi untuk tidak memperkeruh suasana.
Sebagai generasi yang cukup akrab dengan teknologi, membuat saya mudah menerima arus informasi. Ilmu mengenai apapun bisa dengan mudah kita dapatkan. Oleh karenanya, saya menjadi pribadi yang memiliki keingintahuan yang besar akan banyak hal. Riset, riset, riset. Contohnya, sebelum memasuki mpasi, apa saja ya yang harus saya persiapkan? Klik...oh ini, itu. Bagimana ya caranya membantu agar penjualan perumahan suami bisa mengalami peningkatan? Klik.. oh wah gini ternyata caranya. Hal ini saya rasa menjadi bekal potensi saya yang dapat berguna dalam berkeluarga.
Saya tinggal di sebuah perumahan yang mayoritas masyarakat menengah ke atas, namun saya sendiri masih tinggal bersama orangtua, jadi saya merasa diri saya sendiri belum dapat diklasifikasikan dalam status sosek tersebut. Sejak tinggal di sini, orangtua saya selalu mengajak saya untuk dekat dengan masjid, dan masya Allah masjid di perumahan ini sungguh hidup sehingga membuat saya nyaman. Kebetulan, keluarga saya dan suami banyak yang tinggal di perumahan ini juga, dan dari segi religiusitas, mereka memiliki antusias yang tinggi untuk memiliki kehidupan yang layak di dunia dan membangun rumah di surga kelak. Atau dapat dikatakan, sudah memiliki kemandirian secara finansial dan dapat membantu orang yang membutuhkan serta memberikan harta di jalan Allah.
Saya merasa sangat bersyukur. Saya merasa terus didorong oleh Allah untuk berbuat dan mengusahakan yang terbaik dari diri saya dengan cara menginspirasi saya dengan orang-orang dekat dalam lingkungan saya. Pengetahuan saya tentang agama masih harussss terus diupdate. Berada di lingkungan ini membuat saya selalu merasa haus akan ilmu agama. Secara finansial pun saya merasa belum dapat mandiri. Berada dalam lingkungan ini, saya merasa Allah menginspirasi saya agar dapat berkarya dan menghasilkan sebuah keberkahan.
Bismillah. Semua bekal yang Allah titipkan, semoga dapat saya pergunakan dengan baik sehingga dapat memberikan manfaat, minimal bagi keluarga kecil kami ini. Allahumaamiin.
.Nisa
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda